Sunday, December 13, 2015

INFLASI

Kecedrungan dari harga-harga untuk manaik secara teru menerus. Penggolongan inflasi ada yang diklasifikasi berdasarkan tingkat keparahan dan ada pula berdasarkan penyebabnya.
terus menerus inflasi

A. Definisi Inflasi

Kata-kata inflasi belakang ini seperti menjadi momok yang amat menakutkan. Ini adalah sebuah peristiwa moneter yang terjadi di semua negara, termasuk negara kita indonesia, yang amat berpengalaman menghadapi inflasi, mulai dari ringan sampai yang paling berat.

Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderung dari harga-harga untuk menaik secara terus menerus. Kenaikan dari satu atau dua jenis barang saja dan tidak menyeret harga barang lain tidak bisa disebut inflasi. Kenaikan harga-harga secara musiman, misalnya menjelang lebaran, natal, dan tahun baru hanya sekali saja, serta tidak memiliki pengaruh "penyakit ekonomi" yang memerlukan penanganan khusus untuk menanggulanginya.

Secara umum inflasi berarti kenaikan harga secara umum dari barang/komoditas atau jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit penghitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai definisi (deflation).

Jika seandainya harga-harga dari sebagian besar barang diatur oleh pemerintah, maka harga-harga yang disubsidi pemerintah dan dicatat Biro pusat Statistik, adalah harga-harga resmi pemerintah. Tetapi mungkin dalam realita ada kecendrungan harga untuk terus naik. Keadaan seperti tercermin dari harga-harga pasar atau harga tidak resmi untuk terus naik. Celah inflasi (gap inflation) ditutui atau suppressed inflation sering juga muncul bila pemerintah terus menerus mensubsidi harga BBM. Bagaimanakah bila harga beras juga mengandung subsidi. Inflasi yang sesungguhnya akan muncul jika pemerintah sudah tidak mampu lagi mensubsidi barang-barang penting seperti disebutkan diatas.

B. Klasifikasi Inflasi

1. Berdasarkan tingkat keparahan

Didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut yang terbagi atas inflasi sedang, inflasi berat, dan hiper inflasi, Disini kita bedakan macam inflasi antara lain:
a. Inflasi ringan (dibawah 30% setahun)
b. Inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun)
c. Inflasi berat (antara 30% - 100% setahun)
d. Hiper inflasi ( diatas 100% setahun)

Penetuan parah tidaknya inflasi tentu saja sangat relative dan tergantung pada cara kita untuk menggolongkannya. Dan lagi sebetulnya kita tidak bisa menentukan parah tidaknya suatu inflasi hanya dari sudut laju inflasi saja, tanpa mempertimbangkan siapa-siapa yang menanggung beban atau yang memperoleh keuntungan dari inflasi tersebut. Kalau seandainya laju inflasi adalah 20% dan semuanya berasal dari kenaikan harga dari barang-barang yang dibeli oleh golongan yang penghasilan rendah, maka seharusnya kita mengolongkannya sebagai inflasi yang parah.


2. Berdasarkan penyebab-penyebabnya

a. Natural inflation dan human eror inflation. Sesuai dengan nama natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human eror inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.
b. Actual/anticipated inflation dan unanticipated inflation. Pada Expected inflation tingkat suku bunga injaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak mereflesikan kompensasi terhadap efek inflasi.
c. Demand full dan cost push inflation diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregat dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.
d. Imported inflation dan domestic inflation. Imported inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Domestic inflation bisa dikatakan inflasi yang hanya terjadi didalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara lainnya.


C. Konsekwensi Inflasi

Menurut para ekonomi islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi pembayaran di muka, dan fungsi dari unit penghitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga telah mengakibatkan terjadinya inflasi kembali, atau dengan kata lain 'self feeding inflation'.
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya marginal propensity to save).
3. Meningkatkan kecendrung untuk berbelanja terutama untuk non primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to costume)
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu penumpukan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan lainnya.


D. Korelasi Inflasi dan Pengangguran

Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi berarti semakin besar adanya kecenderung ke arah stabilitas harga. Namun masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan purchasing power atau daya beli dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyrakat sangat bergantung kepada upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga dibarengi dengan kenaikan upah riil.

Masalah ketiga adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah pendudukan. Sempitnya lapangan pekerjaan dikarenakan karena faktor kelangkaan modal untuk berinvestasi. Masalah pengangguran itu sendiri tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang namun juga dialami oleh negara-negara maju. Namun masalah pengangguran di negara-negara maju jauh lebih mudah terselesaikan daripada di negara-negara berkembang karena hanya berkaitan dengan pasang surutnya business cycle dan bukannya karena faktor kelangkaan investasi, masalah ledakan penduduk, ataupun masalah sosial politik di negara tersebut.

0 komentar:

Post a Comment